Jadi kita bertanya pada malaikat “Cahaya apa itu di langit?”
Para malaikat menjawab “Tidakkah kau tahu?”
“Aku tidak tahu. Memangnya apa itu?”
“Itu adalah istri-istrimu di surga yang tersenyum. Dan ketika mereka tersenyum, maka ada kilat di langit.”
Kecantikan Fisik
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Rombongan
yang pertama masuk surga adalah dengan wajah bercahaya bak rembulan di
malam purnama. Rombongan berikutnya adalah dengan wajah bercahaya
seperti bintang-bintang yang berkemilau di langit. Masing-masing orang
di antara mereka mempunyai dua istri, dimana sumsum tulang betisnya
kelihatan dari balik dagingnya. Di dalam surga nanti tidak ada
bujangan.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
كَذَلِكَ وَزَوَّجْنَاهُم بِحُورٍ عِينٍ
“Demikianlah. Dan Kami berikan kepada mereka bidadari.” (Qs. Ad-Dukhan: 54)
Abu Shuhaib al-Karami mengatakan, “Yang dimaksud dengan hur adalah bentuk jamak dari haura, yaitu wanita muda yang cantik jelita dengan kulit yang putih dan dengan mata yang sangat hitam. Sedangkan arti ‘ain adalah wanita yang memiliki mata yang indah.
Al-Hasan berpendapat bahwa haura adalah wanita yang memiliki mata dengan putih mata yang sangat putih dan hitam mata yang sangat hitam.
Tercatat dalam Hadist sahih Musnad Imam Ahmad, bahwa ketika
wanita-wanita surga tersenyum, maka timbullah kilat di langit. Ibn
Qayyim R.H. juga membicarakan tentang Hur ‘ain (bidadari) dan para
wanita surga. Dia berkata “Jika wanita dunia diciptakan dari tanah dan
dapat dibuat menjadi demikian cantiknya, apalagi Hur ‘ain (bidadari),
karena bahan dasar mereka adalah zafaron.”
Ibn Qayyim R.H. menyebutkan bahwa kalian bisa melihat sum-sum tulang
betis mereka karena begitu indahnya mereka. Dia memberitahu tubuh
mereka, kecantikan mereka, tentang mereka bernyanyi kepada suami mereka,
dan harumnya mereka. Dia memberitahu energi yang diberikan Allah padamu
untuk meniduri istri-istrimu, bahwa penghuni surga tak pernah tidur,
bahwa penghuni surga tak berjenggot, dan wanita-wanita surga tidak
berjilbab. Jadi jilbab hanya diperuntukkan untuk wanita di dunia.
Sopan dan Pemalu
Allah Subhanahu wa Ta’ala menyifati bidadari dengan “menundukkan pandangan” pada tiga tempat di Al-Qur’an, yaitu:
Seluruh ahli tafsir sepakat bahwa pandangan para bidadari surgawi hanya tertuju untuk suami mereka, sehingga mereka tidak pernah melirik lelaki lain.
Putihnya Bidadari
Allah Ta’ala berfirman,
al-Hasan dan mayoritas ahli tafsir lainnya mengatakan bahwa yang dimaksudkan adalah bidadari-bidadari surga itu sebening yaqut dan seputih marjan.
Allah juga menyatakan,
Maksudnya mereka itu dipingit hanya diperuntukkan bagi para suami
mereka, sedangkan orang lain tidak ada yang melihat dan tidak ada yang
tahu. Mereka berada di dalam kemah.
Baiklah…ini adalah sedikit gambaran yang Allah berikan tentang bidadari di surga. Karena bagaimanapun gambaran itu, maka manusia tidak akan bisa membayangkan sesuai rupa aslinya, karena sesuatu yang berada di surga adalah sesuatu yang tidak/belum pernah kita lihat di dunia ini.
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Sopan dan Pemalu
Allah Subhanahu wa Ta’ala menyifati bidadari dengan “menundukkan pandangan” pada tiga tempat di Al-Qur’an, yaitu:
“Di dalam surga, terdapat bidadari-bidadari-bidadari yang sopan, yang menundukkan pandangannya,
tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni
surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin. Maka nikmat
Rabb-mu yang manakah yang kamu dustakan? Seakan-akan biadadari itu
permata yakut dan marjan.” (Qs. Ar-Rahman: 56-58)
“Di sisi mereka ada bidadari-bidadari yang tidak liar pandangannya dan jelita matanya.”
(Qs. Ash-Shaffat: 48)
“Dan pada sisi mereka (ada bidadari-bidadari) yang tidak liar pandangannya dan sebaya umurnya.”
Seluruh ahli tafsir sepakat bahwa pandangan para bidadari surgawi hanya tertuju untuk suami mereka, sehingga mereka tidak pernah melirik lelaki lain.
Putihnya Bidadari
Allah Ta’ala berfirman,
“Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan.” (Qs. ar-Rahman: 58)
al-Hasan dan mayoritas ahli tafsir lainnya mengatakan bahwa yang dimaksudkan adalah bidadari-bidadari surga itu sebening yaqut dan seputih marjan.
Allah juga menyatakan,
“(Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih dipingit dalam kemah.” (Qs. Ar-Rahman: 72)
Baiklah…ini adalah sedikit gambaran yang Allah berikan tentang bidadari di surga. Karena bagaimanapun gambaran itu, maka manusia tidak akan bisa membayangkan sesuai rupa aslinya, karena sesuatu yang berada di surga adalah sesuatu yang tidak/belum pernah kita lihat di dunia ini.
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Allah
Azza wa Jalla berfirman, “Aku siapkan bagi hamba-hamba-Ku yang shalih
sesuatu yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh
telinga dan tidak pernah terlintas oleh pikiran.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Keutamaan Wanita Dunia dibanding Bidadari
Setelah mengetahui sifat fisik dan akhlak bidadari, maka bukan berarti bidadari lebih baik daripada wanita surga. Sesungguhnya wanita-wanita surga memiliki keutamaan yang sedemikian besar, sebagaimana disebutkan dalam hadits,
Dan lagi, seorang manusia telah Allah ciptakan dengan sebaik-baik rupa,
Dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Saya bertanya, “Wahai Rasulullah, manakah yang lebih utama, wanita dunia ataukah bidadari yang bermata jeli?”
Beliau shallallahu’‘alaihi wa sallam menjawab, “Wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari-bidadari yang bermata jeli, seperti kelebihan apa yang tampak daripada apa yang tidak tampak.”
Saya bertanya, “Karena apa wanita dunia lebih utama daripada mereka?”
Setelah mengetahui sifat fisik dan akhlak bidadari, maka bukan berarti bidadari lebih baik daripada wanita surga. Sesungguhnya wanita-wanita surga memiliki keutamaan yang sedemikian besar, sebagaimana disebutkan dalam hadits,
“Sungguh tutup kepala salah seorang wanita surga itu lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dan lagi, seorang manusia telah Allah ciptakan dengan sebaik-baik rupa,
“Dan manusia telah diciptakan dengan sebaik-baik rupa.” (Qs. At-Tiin: 4)
Dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Saya bertanya, “Wahai Rasulullah, manakah yang lebih utama, wanita dunia ataukah bidadari yang bermata jeli?”
Beliau shallallahu’‘alaihi wa sallam menjawab, “Wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari-bidadari yang bermata jeli, seperti kelebihan apa yang tampak daripada apa yang tidak tampak.”
Saya bertanya, “Karena apa wanita dunia lebih utama daripada mereka?”
Beliau menjawab,
“Karena shalat mereka, puasa dan ibadah mereka
kepada Allah. Allah meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka
adalah kain sutra, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau,
perhiasannya kekuning-kuningan, sanggulnya mutiara dan sisirnya terbuat
dari emas. Mereka berkata, ‘Kami hidup abadi dan tidak mati, kami lemah
lembut dan tidak jahat sama sekali, kami selalu mendampingi dan tidak
beranjak sama sekali, kami ridha dan tidak pernah bersungut-sungut sama
sekali. Berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami memilikinya.’.” (HR. Ath Thabrani)
Dalam hadist sahih, Aisyah R.A. melihat sekumpulan wanita yang berdandan
dengan berlebihan lewat, sedangkan Aisyah sepenuhnya ditutupi pakaian
hitam. Aisyah melihat mereka dan berkata “Nikmatilah dunia ini! Untuk
kalian di dunia ini, untuk kami di akhirat.” Allahuakbar! Lihatlah
keteguhan seorang wanita yang saleh. Jadi bagi para saudari yang harus
menutupi dirinya (dengan hijab) di dunia ini, maka tutupilah diri
kalian, untuk kalian adalah kecantikan di akhirat!
Jadi ketika seorang suami beristrikan Hur ‘ain, Ibnu Qayyim R.H.
menyebutkan dalam hadist sahih dalam Musnad Imam Ahmad, bahwa pada saat
itu akan datang seorang wanita lain. Seorang wanita yang kecantikan dan
keelokannya akan membuat seorang raja melupakan wanita-wanita lainnya.
Siapa wanita ini? Wanita ini adalah istrinya di dunia ini. Jadi istrinya
di dunia ini akan menjadi ratu dari para Hur ‘ain (bidadari). Dan Ibnu
Qayyim menyebutkan “Apakah seorang raja pernah memikirkan para
pelayan-pelayannya di hadapan seorang ratu?” Tentu tidak! Jadi istrinya
di dunia akan diberikan kecantikan jauh melebihi para bidadari. Mengapa
begitu?
Ibnu Qayyim berkata “Karena Hur ‘ain (bidadari) tidak pernah menghadapi
kesulitan yang dirasakan wanita dunia. Mereka tidak pernah berjuang di
jalan Allah, tidak pernah dicemooh orang karena mengenakan hijab, tidak
pernah merasakan sulitnya patuh pada suami.”
Subhanallah. Betapa indahnya kecantikan bidadari di surga. Bagi para saudari Muslimku, semoga kalian menjadi lebih bersemangat dan bersungguh-sungguh untuk menjadi wanita shalihah. Berusaha untuk menjadi sebaik-baik perhiasan. Berusaha dengan lebih keras untuk bisa menjadi wanita penghuni surga.. Nah, tinggal lagi, apakah kalian mau berusaha menjadi salah satu dari wanita penghuni surga?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar